I do love handmade stuff, tapi dulu aku pernah men-judge diri sebagai
orang yang tidak cocok menyentuh benang, benik, jarum, perca dan
alat-alat lain untuk membuat kreasi handmade. Termasuk dalam urusan
rajut-merajut, apalagi pekerjaan itu identik dengan oma-oma, hehe…
Pertama kali terbetik keinginan
belajar merajut karena sebuah peristiwa (dalam kenangan), suatu malam
dalam kereta api Ciujung jurusan Tenabang-Jombang duduk seorang
perempuan cantik yang masih dalam busana kerjanya, tangannya bergerak
lincah mengurai helai demi helai benang warna warni di pangkuannya
membentuk sebuah calon tas.
Karena tertarik, saya dekati dia dan duduk di sebelahnya. “Mbak, saya
boleh lihat yaa?” pinta saya. Perempuan cantik itu mengangguk, “Boleh,
lihat aja,” jawabnya sambil tersenyum. Saya pun mulai memerhatikan
gerakan tangannya yang njelimet sambil sesekali bertanya ini itu
mengenai rajut-merajut.
Kereta pun bergerak. Setelah menit demi menit berlalu tanpa
percakapan, iseng saya bertanyar; “Mbak, boleh nyoba tak?” Ajaib ia
membolehkan saya memegang jarum dan benangnya dan mulai mengajariku
teknik-teknik dasar merajut. Meski telah mendapat kursus singkat
tersebut, sampai berbulan-bulan kemudian saya tak juga mahir merajut,
hehe…
Tapi dengan semangat angkatan 66 (hahai), saya susuri blok F lantai 2
Pasar Tenabang dan memborong beberapa warna benang serta jarumnya.
Bahkan saya pun membeli sebuah buku tentang kreasi rajutan di Gramedia
berjudul 3 Hari Terampil Merajut. Sudah punya alat dan bahannya, tapi
saya tak juga pintar merajut meskipun sudah lebih dari 3 hari berlalu
sejak membeli buku tersebut, wakwak…
Benang-benang dan jarum tersebut pun dimanfaatkan oleh Emak yang
jaman gadisnya dulu memang hobi membuat kreasi rajutan. Beliau membuat
sarung hape, bros mawar, dan dompet. Beliau juga mengajariku
teknik-teknik merajut, tapi sampai beliau kesal sendiri dan bosen
mengajari, saya tak juga bisa membuat hasil karya yang bisa dibanggakan
(versi emak, hihi).
Sampai beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah kawan
Maftuhatus Saadah yang ternyata hobi merajut juga. Ia menunjukkan
boneka-boneka yang unyu-unyu hasil kreasinya, saya pun terbakar semangat
pengen belajar merajut lagi. Obsesi terbesar saya adalah membuat 1
boneka.
Setelah perjuangan tak kenal lelah selama seharian (dari pagi sampai
sore), kuhabiskan dengan mengurai benang sampai kuku lecet-lecet dan
punggung kram. Taraaa… boneka rajut pertamaku selesai; Meoww for my
modem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar